Sumber foto: Lando Mikael
Ketika seseorang ingin menunaikan ibadah haji, kita selalu menyampaikan doa agar ia menjadi haji yang mabrur. Namun ternyata, kemabruran haji itu bukanlah hasil akhir dari perjalanan ibadah haji.
Sebuah buku yang berjudul [Jangan] Panggil Saya Haji ini berisi beberapa tulisan jurnalis dari berbagai media. Mereka tergabung dalam Tim Media Center Haji 1434 H/2013 M. Ada banyak kisah yang haru, seru, namun tak kalah lugu. Mereka mengisahkan perjalanan haji bersama para jamaah asal Indonesia.
Salah satu cerita datang dari Hazmirullah. Ia bercerita tentang kejadian dengan Jemaah Indonesia di Madinah. Saat itu ada seorang Kepala Seksi Bimbingan Ibadah dan Pengawasan KBIH, Mustaghfirin. Mustaghfirin membantu seorang jamaah asal embarkasi Solo yang tersesat di sekitar Masjid Nabawi. Ia ingin mengantar jamaah tersebut masuk ke hotel melalui arah belakang. Namun ternyata jamaah tersebut protes dan marah-marah karena merasa itu bukan hotelnya. Hotel yang dimaksud jamaah itu menggunakan bahasa Latin, bukan berbahasa Arab seperti yang Mustaghfirin tunjukkan. Mustaghfirin pun mengajak sang jamaah untuk mengitari bangunan hotel. Sesampainya di depan hotel, ia mengatakan bahwa inilah hotel yang dimaksud jamaah. Jamaah kaget dan tersadar dengan berujar, “Lho, podho toh?”
Tidak hanya cerita lugu dari para jamaah yang membuat kita tersenyum atau bahkan tertawa, cerita haru pun juga disajikan oleh para jurnalis ini. Cerita-cerita tersebut menyadarkan bahwa sebuah kemabruran haji itu merupakan proses yang tak berkesudahan yang harus dijaga oleh setiap manusia hingga mati. Jika seorang bergelar haji tidak mampu menjaganya, secara otomatis kemabruran bakal lenyap dari dirinya.
Selama berada di Tanah Suci, besar kemungkinan kemabruran masih bisa terjaga. Tetapi jika sudah pulang ke tanah air, ujian sesungguhnya baru dimulai saat menjalani kehidupan sehari-hari. Jika para haji itu tidak taat kepada Allah dan justru terjebak pada perilaku riya, sombong, dan tinggi hati, jangan sekali-kali panggil dengan sebutan ‘haji’.
Buku [Jangan] Panggil Saya Haji dari Tim Media Center Haji ini memuat tulisan-tulisan dari para jurnalis haji di tahun 2013 lalu. Beragam cerita unik dapat membuat kita menyadari makna haji sesungguhnya