Anak-anak sekarang, tumbuh dalam dunia teknologi. Ada sebuah transformasi pengaruh yang dihasilkan dari berbagai alat hasil kemajuan teknologi tersebut, misalnya televisi, internet, dan handphone. Secara disadari atau tidak, tayangan atau isi yang mereka dapatkan dari media-media tersebut mempengaruhi karakter mereka sehingga banyak perilaku-perilaku yang menyimpang.
Kenapa bisa demikian? Produk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini bukan hanya sekadar alat bantu, tetapi telah menjadi barang mainan. Misalnya, telepon yang dulu hanya berfungsi memudahkan komunikasi antarindividu, kini dilengkapi fitur sebagai permainan. Demikian juga televisi, saat ini lebih identik sebagai sarana hiburan daripada sebagai alat penyampai informasi. Begitu pula dengan internet, yang menyediakan berbagai fitur yang tidak terhingga, mulai dari kekerasan, ponografi, hingga bentuk kekufuran. Ada sekitar empat sifat yang merusak dari teknologi ini.
Pertama, kandungan informasinya yang mengandung hal-hal negatif bagi perkembangan jiwa anak, seperti kekerasan fisik, seksualitas, dan perkataan tidak senonoh. Kedua, cenderung penggunanya ketagihan sehingga banyak melalaikan kewajiban si anak. Ketiga, membuat anak malas bergerak sehingga pertumbuhan anak bisa terganggu. Keempat, teknologi juga mengganggu perkembangan emosi anak.
Selain itu, pendidikan zaman sekarang lebih banyak menekankan motivasi duniawi semata. Orientasi materialistis menjadi tujuan dari banyak pelajaran dan kurikulum pendidikan sekarang. Sementara masalah rohani dan spiritualitas sering diabaikan, bahkan dianggap tidak penting sebagai penopang kemajuan bangsa. Akibatnya, pola pikir anak didik menjadi materialistis, menilai sesuatu dari aspek materi, uang, dan keuntungan duniawi lainnya. Tidak lagi atas dasar iman demi kebahagiaan akhirat kelak.
Belum lagi pergaulan yang semakin tidak terkendali. Penularan perilaku yang tidak baik akan semakin mudah diterima anak dari teman-temannya. Sementara itu, orangtua kurang memperhatikan pendidikan di rumahnya. Mereka menyerahkan begitu saja pendidikan anaknya kepada sekolah dan lingkungannya. Akhirnya, si anak tidak mendapatkan nasihat dan ilmu tambahan dari orangtuanya.
Nah, jika hal ini tidak segera dibenahi, kita akan berhadapan dengan situasi kritis dalam beberapa dekade mendatang. Pasalnya, merekalah nantinya yang akan mengelola dan memimpin negara ini. Jika pemimpinnya berakhlak buruk, niscaya akan tercipta sebuah tatanan bangsa yang buruk pula dalam berbagai bidang.
Oleh sebab itu, perlu ada sebuah jawaban cepat dan praktis bagaimana menanggulangi dan mengatasi masalah ini sedini mungkin. Yaitu dengan menciptakan ranah pendidikan ideal dan seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat.
Hadirnya buku Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah & Lebih Efektif ini merupakan bagian dari upaya Wendi Zarman untuk menjawab seputar permasalahan pendidikan. Penulis memberikan formula cerdas dan tepat dengan menyajikan sistem pendidikan ala Rasulullah saw secara mudah dan lebih efektif.
Buku terbitan Ruang Kata ini berisi persoalan-persoalan pendidikan dan kemungkinan solusinya yang bisa diterapkan para orangtua dan guru. Mulai dari fenomena kondisi anak di rumah, aspek kedudukan anak dalam keluarga muslim, tinjauan kesalahan dalam pendidikan sekarang, hingga teknik menerapkan pendidikan Islami dalam upaya penanggulangannya, seperti menanamkan adab, mendisiplinkan anak, metode Rasulullah dalam mendidik, dan hikmah dari sistem ajaran Luqman Al-Hakim kepada anaknya.
Pada akhirnya, diharapkan terciptanya generasi muda Islami sesuai tuntunan Rasulullah saw. Sehingga semua umat mendapatkan kebahagiaan, kedamaian, ketenteraman, dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.