Sekalipun dengan banyaknya harta, dimungkinkan bisa menjebak kita ke dalam kelalaian ibadah kepada Allah, namun kemiskinan dapat lebih parah dari itu. Tidak sedikit, karena kekurangan harta, banyak yang terjerumus ke jurang kekufuran dan kemusyrikan. Benar apa yang disabdakan Rasulullah saw, “Hampir saja kefakiran akan menjadi kekufuran….” (HR. Anas bin Malik)
Seorang muslim, sejatinya harus memiliki cita-cita terbaik, yaitu hidup kaya dan bahagia di dunia maupun akhirat. Islam tidak pernah melarang umatnya hidup kaya raya. Dalam beberapa ayat dan hadits Rasulullah saw, kita ditekankan agar senantiasa bekerja dan mencari rezeki Allah. Bahkan, dalam satu hadits kita diperintahkan untuk bekerja seolah-olah kita akan hidup selamanya.
Pun demikian, setiap amal memiliki aturan dan keutamaan masing-masing. Semuanya akan kembali kepada setiap pelakunya. Dari sinilah perlunya pengetahuan, baik seputar rezeki, amal ibadah, muamalah, maupun sunah nabi dan jejak orang-orang shaleh dan kaya agar kita tidak salah langkah. Seorang muslim sejati akan mendapatkan harta dan membelanjakannya sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah saw.
Jika demikian, apa saja yang mesti kita lakukan untuk menjemput kekayaan dan kebahagiaan dunia akhirat? Apakah Rasulullah sendiri seorang yang kaya? Hal inilah bagian dari yang akan dijelaskan oleh Asep Dudi dan Yana Suryana di dalam buku “Muslim Kaya, Pintu Surga Terbuka” terbitan RuangKata. Buku ini akan memberikan panduan yang seimbang untuk Anda dalam meraih kekayaan dan kebahagiaan dunia tanpa meninggalkan kebahagiaan akhirat yang kekal.
Penulis memulainya dengan pertanyaan, kenapa rezeki wajib dicari? Selanjutnya dibahas bahwa sumber segala rezeki itu dari Allah SWT, perbedaan perolehan rezeki, cara mukmin memperlakukan rezeki, menangani masalah utang, jejak-jejak orang saleh yang kaya, bagaimana sikap kita jika berada dalam kemiskinan, peringatan kepada orang kaya, dan lain sebagainya.