Cerita rakyat memiliki nilai tersendiri di mata masyarakat. Misalnya saja jika ada anak yang tidak patuh atau berani menyakiti ibunya, maka anak itu diibaratkan seperti Malin Kundang.
Malin Kundang adalah seorang anak yang pergi merantau ke negeri orang. Himpitan ekonomi yang jauh dari cukup membuat Malin harus pergi meninggalkan sang bunda. Suatu hari kapal besar yang ditumpangi Malin kembali ke tempatnya berasal. Dan, saat itu pula, sang bunda telah menunggunya.
Dengan rasa rindu dan cinta, sang bunda meneriakkan nama Malin. Namun apa yang ia dapat tidak seperti yang ia bayangkan. Malin menolaknya. Tidak mengakuinya sebagai ibu yang telah melahirkannya hanya karena ia tidak ingin sang istri mengetahui perihal statusnya dahulu. Alhasil, sang bunda kecewa dan mengucap sumpah yang membuat Malin dikutuk menjadi batu.
Begitulah gambaran yang sering kali dikatakan orangtua kepada anaknya yang tidak mematuhinya. Bagi orang tua, cerita rakyat ini dapat menjadi bahan untuk mengajarkan nilai-nilai budaya kepada anak. Sedangkan bagi generasi muda, cerita ini menjadi bahan mengenal jati diri mereka.
Sebenarnya masih banyak cerita rakyat lain yang bisa kita baca atau ketahui. Mulai dari cerita rakyat yang berisi tentang kesombongan seseorang hingga cerita kepahlawanan. Semua itu terangkum dalam buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler karya Lia Nuralia dan Iim Imadudin yang diterbitkan oleh RuangKata.
Buku ini memberi banyak hal. Asal-usul, batas budaya, mitologi, dongeng, cerita fabel, dan seterusnya. Cerita rakyat yang dihimpun dari 33 provinsi di Nusantara mencakup tema yang luas mulai legenda hingga epos kepahlawan dengan beragam pesan.
Selain itu, buku ini berisi kumpulan cerita rakyat terpopuler yang disusun per provinsi dan mencakup beberapa kategori, yaitu dongeng atau mitos, legenda atau asal mula suatu tempat atau kejadian, epos atau cerita yang mengandung sifat kepahlawanan, dan fabel atau cerita binatang. Di dalamnya dilengkapi dengan catatan berupa pesan moral. Bukan untuk menggurui, tetapi sebagai media untuk dapat saling belajar. Sehingga dapat merangsang kecerdasan emosional dan spiritual anak.