Menu

×

Mini Cart

Cart

×

Foto oleh: Ashley Nicole Photography

Nama bukanlah sekadar panggilan yang tidak memiliki arti atau hanya sebuah hiasan. Nama adalah identitas seseorang. Sebagian ulama pun mengatakan bahwa nama adalah sebuah doa dan harapan yang diinginkan oleh kedua orangtua untuk anaknya.

Memberikan nama untuk anak memang tidak bisa sembarangan. Karena dalam sebuah nama, sebenarnya orangtua sedang mendoakan agar anaknya memiliki akhlak, sifat, dan juga tingkah laku yang sesuai dengan nama yang diberikan. Misalnya banyak orangtua yang memilih nama anak dengan nama-nama Nabi & Rasul. Hal itu karena orangtua menginginkan anaknya kelak akan mempunyai akhlak seperti Nabi.

Selain menggunakan nama Nabi, banyak juga orangtua yang menggunakan nama Islami dengan arti pujian untuk anaknya. Seperti “Kamal” yang berarti “kesempurnaan”. Atau “Aziz” yang memiliki arti “yang terhormat”. Biasanya nama ini pun dirangkai menjadi satu nama panjang agar lebih memiliki makna.

Contohnya seperti nama “Farhan Abdul Khaliq”. Jika dipisah, “Farhan” memiliki arti “yang gembira, yang senang”, lalu “Abdu” memiliki arti “hamba”, sedangkan “Al-Khaliq” berarti “yang menciptakan”. Jadi jika digabung menjadi sebuah nama, akan memiliki arti “Hamba Allah Maha Pencipta yang selalu senang dan gembira”.

Contoh lainnya untuk nama bayi perempuan adalah, “Naura Shafa Mahbubah”. Jika dipisah, “Naura” mempunyai arti “cahaya”, lalu “Shafa” berarti “lembut”, dan “Mahbubah” memiliki arti “disukai”. Jadi makna nama “Naura Shafa Mahbubah” adalah “Perempuan yang bersinar begaikan cahaya, memiliki kelembutan dan disukai”.

Berikan nama yang indah, berkah, dan juga bermakna untuk buah hati Anda. Karena merekalah doa dan harapan Anda.


rangkaianMasih banyak nama Islami yang memiliki makna terbaik lainnya yang dapat Anda temukan dalam buku Variasi Rangkaian Nama Bayi Islami Terbaik dari Ust. K. Akbar Saman. Tidak hanya pilihan nama, tata cara pemberian nama bayi, nama anjuran dari Rasulullah, beserta kumpulan doa agar dikaruniai anak shaleh pun ada dalam buku ini.

nabawi

Sumber foto: Lando Mikael

Ketika seseorang ingin menunaikan ibadah haji, kita selalu menyampaikan doa agar ia menjadi haji yang mabrur. Namun ternyata, kemabruran haji itu bukanlah hasil akhir dari perjalanan ibadah haji.

Sebuah buku yang berjudul [Jangan] Panggil Saya Haji ini berisi beberapa tulisan jurnalis dari berbagai media. Mereka tergabung dalam Tim Media Center Haji 1434 H/2013 M. Ada banyak kisah yang haru, seru, namun tak kalah lugu. Mereka mengisahkan perjalanan haji bersama para jamaah asal Indonesia.

Salah satu cerita datang dari Hazmirullah. Ia bercerita tentang kejadian dengan Jemaah Indonesia di Madinah. Saat itu ada seorang Kepala Seksi Bimbingan Ibadah dan Pengawasan KBIH, Mustaghfirin. Mustaghfirin membantu seorang jamaah asal embarkasi Solo yang tersesat di sekitar Masjid Nabawi. Ia ingin mengantar jamaah tersebut masuk ke hotel melalui arah belakang. Namun ternyata jamaah tersebut protes dan marah-marah karena merasa itu bukan hotelnya. Hotel yang dimaksud jamaah itu menggunakan bahasa Latin, bukan berbahasa Arab seperti yang Mustaghfirin tunjukkan. Mustaghfirin pun mengajak sang jamaah untuk mengitari bangunan hotel. Sesampainya di depan hotel, ia mengatakan bahwa inilah hotel yang dimaksud jamaah. Jamaah kaget dan tersadar dengan berujar, “Lho, podho toh?”

Tidak hanya cerita lugu dari para jamaah yang membuat kita tersenyum atau bahkan tertawa, cerita haru pun juga disajikan oleh para jurnalis ini. Cerita-cerita tersebut menyadarkan bahwa sebuah kemabruran haji itu merupakan proses yang tak berkesudahan yang harus dijaga oleh setiap manusia hingga mati. Jika seorang bergelar haji tidak mampu menjaganya, secara otomatis kemabruran bakal lenyap dari dirinya.

Selama berada di Tanah Suci, besar kemungkinan kemabruran masih bisa terjaga. Tetapi jika sudah pulang ke tanah air, ujian sesungguhnya baru dimulai saat menjalani kehidupan sehari-hari. Jika para haji itu tidak taat kepada Allah dan justru terjebak pada perilaku riya, sombong, dan tinggi hati, jangan sekali-kali panggil dengan sebutan ‘haji’.


jangan-panggil-saya-hajiBuku [Jangan] Panggil Saya Haji dari Tim Media Center Haji ini memuat tulisan-tulisan dari para jurnalis haji di tahun 2013 lalu. Beragam cerita unik dapat membuat kita menyadari makna haji sesungguhnya

Sign Up Newsletter!

Sign up our newsletter and save 25% off for the next purchase.

Subscribe to our newsletters and don’t miss new arrivals, the latest fashion updates and our promotions